Saudara-saudari terkasih dalam Kristus. Hari ini kita merenungkan sabda Tuhan yang inspirasi rohaninya terdapat dalam Injil Lukas 17:5-10.
INSPIRASI – ( parokiwaning.com) – Dalam Injil, para rasul memohon kepada Tuhan Yesus, “Tambahkanlah iman kami”. Ini adalah permohonan yang jujur dan mendalam. Mereka menyadari bahwa untuk mengikuti Yesus dan melakukan pekerjaan yang Tuhan percayakan, mereka membutuhkan iman yang lebih besar. Para rasul menyadari bahwa imanlah yang menjadi kekuatan utama dalam menjalani hidup dan melayani Tuhan. Yesus menjawab permohonan para rasul dengan kata-kata yang luar biasa: “Sekiranya kamu mempunyai iman sekecil biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Tercabutlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.”
Yesus tidak menekankan besarnya iman, tetapi kualitasnya. Iman sekecil biji sesawi namun memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa sudah cukup untuk melakukan hal-hal yang tampaknya mustahil.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita merasa bahwa perbuatan baik kita tidak membawa perubahan besar, apalagi dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan masalah sosial. Banyak orang menghadapi kesulitan, ketidakadilan, kemiskinan, hingga perpecahan antarsesama warga. Di tengah situasi seperti ini, mudah sekali kita merasa lemah, tidak berdaya, dan bahkan putus asa. Namun, Yesus mengajak kita untuk tidak mengukur kekuatan dan pengaruh iman dari besarnya tindakan yang kita lakukan, tetapi dari ketulusan dan keyakinan kita dalam melangkah. Iman sebesar biji sesawi saja sudah cukup untuk melakukan perubahan yang baik dalam masyarakat. Ini berarti bahwa setiap upaya kecil kita untuk membantu sesama, mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan, atau menjaga kerukunan dalam lingkungan kita, adalah sangat berharga di mata Tuhan.
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus. Dalam Injil hari ini, Yesus juga mengingatkan kita tentang sikap hamba yang melayani tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, ajaran Yesus ini memberikan kita banyak pelajaran berharga.
Iman yang kokoh adalah fondasi kuat bagi warga negara dan pemimpin dalam membangun bangsa. Iman memberi kita keteguhan dan harapan dalam menghadapi berbagai tantangan nasional, seperti ketidakadilan, korupsi, dan perpecahan sosial. Kita diingatkan bahwa meski usaha kita terasa kecil, jika dilandasi iman yang tulus, dampaknya bisa besar.
Sikap melayani tanpa pamrih adalah teladan yang harus dipegang oleh setiap individu, terutama pemimpin. Yesus berkata, hamba tidak pantas mengharapkan penghargaan, karena ia hanya melakukan kewajibannya. Dalam bernegara, pelayanan publik bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, melainkan untuk kesejahteraan bersama. Kesadaran ini mendukung terciptanya pemerintahan yang adil, jujur, dan berintegritas.
Kerendahan hati dalam menjalankan tugas kemasyarakatan atau sebagai warga negara adalah kunci persatuan dan harmoni. Kita tidak perlu merasa hebat hanya karena jabatan atau status. Sebaliknya, kita harus selalu menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat, yang bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik. Tuhan menghendaki kita menjadi pelayan yang setia, yang terus berbuat baik tanpa mengharap balasan duniawi. Dengan iman sekecil biji sesawi dan hati yang rendah, kita menjadi berkat dan agen kasih dalam keluarga, masyarakat, bahkan bangsa kita.
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus. Mari kita berdoa agar Tuhan meneguhkan iman kita, agar kita mampu menghadapi tantangan bangsa dengan penuh keyakinan. Semoga kita terus melayani dengan kerendahan hati dan kesetiaan, tanpa pamrih, demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Kiranya Injil hari ini menginspirasi kita semua untuk menjadi warga negara dan pelayan bangsa yang setia, beriman, dan rendah hati.
Joula P. Makarawung (Pembimbing Masyarakat Katolik Kanwil Kemenag Sulawesi Utara)
Editor: Tim admin Paroki

