Bersyukur Seperti Orang Samaria

ilustrasi
Share :

INSPIRASI ( parokiwaning.com) – Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Injil hari ini bercerita tentang sepuluh orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Dari sepuluh orang yang disembuhkan ini hanya satu yang kembali kepada Yesus untuk bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya. Kebetulan dia adalah orang Samaria, bukan orang Yahudi. Sebagaimana kita ketahui bersama orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria karena mereka dianggap kelas bawah dan berstatus sosial rendah oleh orang Yahudi. Tetapi yang menarik adalah justru orang Samaria ini saja yang kembali kepada Yesus ketika mengalami kesembuhan, sedangkan sembilan orang yang lain tidak. Nah, apa sebenarnya yang mau diangkat Yesus dalam kisah ini? Apa pesan di balik kisah ini bagi kita?

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Pada zaman Yesus, penyakit kusta bukan hanya penyakit fisik semata. Orang kusta dianggap najis, berdosa, dan karena itu ia dijauhi masyarakat. Ia tidak boleh tinggal bersama keluarga, hidup jauh terasing, dan tidak boleh bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Sungguh suatu penderitaan yang tiada terhingga ketika orang mengalami sakit kusta di zaman itu. Ia harus menanggung sakit dan derita karena kustanya, tetapi juga sakit batin karena merasa ditinggalkan oleh Tuhan dan sesamanya.

Mungkin inilah titik terpuruk manusia di dalam hidupnya. Akan tetapi, Yesus sungguh sangat baik dan sangat mengerti dengan situasi orang kusta. Dia tidak hanya melihat luka di kulit mereka tapi juga luka di batin mereka, yakni luka karena penolakan, dosa, dan kehilangan harapan. Di tengah kodisi seperti ini, Yesus hadir dan merespons dengan belas kasih yang menyelamatkan. Yesus menyembuhkan bukan hanya fisik-jasmaninya tetapi juga mental-spiritualnya. Yesus mengembalikan kepercayaan diri mereka yang selama ini hilang dalam keterasingan hidup.

Memang Yesus tidak mengatakan: ‘Sembuhlah kamu!’ atau ‘Jadilah tahir!’. tetapi Dia mengakatan: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Mengapa kepada imam-imam? Karena merekalah yang berhak menentukan hukuman sosial pada masyarakat zaman itu. Kalimat Yesus itu merupakan penegasan bahwa mereka sudah bersih, tahir, dan sehat kembali dan kondisi itu harus mereka perlihatkan kepada imam-imam untuk memungkinkan mereka kembali hidup bermasyarakat seperti sedia kala. Dan dalam keyakinan teguh akan kata-kata Yesus, mereka pun pergi.

Di tengah jalan mereka mengalami perubahan total dalam diri mereka, penyakit kusta yang diderita selama ini hilang tak berbekas. Karena iman dan keyakinan akan perintah Yesus mereka mengalami kesembuhan. Ketika Yesus memerintahkan pergi mereka tidak bertanya sedikit pun melainkan langsung melangkah pergi. Ini menunjukkan ketaatan mereka pada perintah Yesus. Mereka percaya saja apa yang diakatakan Yesus dan kepercayaan itu mereka wujudkan dengan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya. Tunduk dan percaya serta melaksanakan kehendak-Nya menjadi kunci terhadap jawaban kesembuhan yang mereka terima.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Kesembuhan sepuluh orang kusta menimbulkan sedikit problem, yaitu hanya satu yang kembali kepada Yesus untuk bersyukur sementara yang sembilan orang lain tidak. Kata Yesus: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?” Tapi Yesus tidak menjadi murka dengan hal itu. Mungkin mereka menganggap urusan dengan Yesus sudah selesai dan saatnya mereka kembali ke masyarakat untuk memulai hidup baru lagi. Tapi yang menarik adalah salah satu dari kesepuluh orang yang disembuhkan itu kembali kepada Yesus untuk menyampaikan rasa syukur dan terima kasih karena telah sembuh.

Dia itu ternyata orang Samaria. Dia tersungkur di hadapan Yesus dan Yesus menariknya dengan berkata: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” padahal dia seorang Samaria, yang dicap kelas rendah, tidak berpendidikan, kaum lemah, dan tidak dianggap di kalangan Yahudi masa itu. Tetapi dia justru yang kembali kepada Yesus. Orang Samaria ini memperlihatkan kedewasaan iman dalam dirinya. Dia tidak hanya perlu Tuhan saat ia butuh tapi tetap mendatangi Tuhan juga untuk sujud dan bersyukur atas anugerah yang ia terima dari-Nya. Ternyata yang besar dan terpandang di mata dunia belum tentu akan mulia di hadapan Tuhan. Justru orang Samaria yang lemah dan direndahkan menjadi sangat berharga di mata Tuhan.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus. Kadang-kadang kita mungkin seperti sembilan orang yang sembuh tetapi tidak kembali untuk bersyukur pada Tuhan. Bahkan mungkin dengan bangga kita menganggap itu karena usaha kita semata. Mari kita bersihkan diri kita terhadap borok dan kusta rohani yang masih melekat dalam diri kita sambil mencontoh orang Samaria yang kembali tersungkur di hadapan Tuhan untuk mensyukuri segenap nikmat yang telah Ia berikan. SALVE.

Reinne Febriana Koraag (Pembimbing Masyarakat Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Gorontalo)

Editor: Tim Admin Paroki


Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *